Minggu, 17 April 2011

Jurnalis, Kalianlah Mata Dunia



Salam jurnalis!!


Ketika kita mulai membicarakan soal kelayakan, maka secara otomatis kita akan bergerak mempersoalkan kemampuan. Kemampuan yang layak untuk melakukan sesuatu. Kemampuan untuk menghasilkan, menelurkan sebuah karya. 

Saya percaya bahwa kemampuan bisa didapatkan dari dua sumber, yaitu talenta dan skill ‘ketrampilan’. Beberapa orang yang beruntung dikaruniai talenta atau bakat yang sudah mengalir dalam darah  mereka sejak lahir. Kebanyakan talenta didapatkan dari keturunan, peran gen manusia yang cenderung mewariskan sifat-sifat induk kepada anaknya. Mereka hanya tinggal mengasah bakat tersebut dan  jadilah mereka seorang profesional dalam bidangnya. Orang bertalenta memiliki kemampuan mempelajari sesuatu sesuai talent-nya lebih mudah daripada mereka yang tidak memiliki talenta tersebut. Ambil saja contoh Gita gutawa, penyanyi remaja yang terkenal dengan suara soprannya. Bakat musiknya sudah mendarah daging dalam dirinya sejak kecil mengingat ayahnya, Erwin Gutawa, juga musikus terkenal di Indonesia.

Bagaimana dengan skill atau ketrampilan? Ketrampilan adalah sesuatu yang diperoleh dengan mempelajari atau melatih sesuatu secara terus-menerus hingga melahirkan sebuah keahlian atau profesionalitas. Contohnya penjahit yang setiap harinya memotong, mengukur,  dan menjahit kain akan memiliki skill menjahit. Pemotong daging ayam di pasar yang setiap pagi bekerja dengan pisau dan daging, akan ahli memotong. Untuk mendapatkan skill yang setara dengan bakat diperlukan ekstra kerja keras dalam berlatih, pantang menyerah, dan tidak takut untuk gagal.

Begitu juga dengan jurnalis. Saya lebih suka menggolongkan jurnalis sebagai pekerjaan yang ber-skill daripada bertalenta. Mengapa? Karena untuk menjadi jurnalis yang profesional lebih dibutuhkan latihan keras daripada bakat. Semua orang layak menjadi jurnalis jika ia berani bekerja keras, memerah darah dan keringat demi menjadi kuli tinta tersebut. Jurnalis tidak hanya membutuhkan bakat menulis atau memotret sebuah peristiwa, namun juga membutuhkan ketrampilan yang didapat dari berlatih. Untuk menjadi jurnalis, kita harus berani menghadapi apaun, resiko sebesar apapun bahkan siap untuk meregang nyawa untuk mengamalkan tugas mulia sebagai penggali informasi.

Menurut saya jurnalis adalah pekerjaan yang sangat bersahaja. Jurnalis adalah mata bagi dunia akan sebuah peristiwa. Informasi tersebar dalam hitungan detik karena jurnalis. Jurnalis juga berperan besar atas kemajuan dunia dan perkembangan masyarakat. Siapa yang akan tahu bahwa perkembangan pesat teknologi Amerika Serikat jika buka jurnalis yang menyebarkannya sehingga dunia berlomba-lomba untuk beajar dari Amerika? Siapa yanng akan tahu akan tsunami berkekuatan super di Jepang jika bukan jurnalis yang merekamnya sehingga dunia beramai-ramai menawarkan bantuan pada Negeri Sakura itu? Lihat betapa tangan jurnalis mengambil peran besar atas detak jantung dunia.

Delapan hari kalian berjuang di Smanisda bukanlah sebuah kesia-siaan. Kesana-kemari kalian memburu berita, mengejar narasumber, pulang larut untuk melengkapi data, bukanlah tidak menghasilkan apa-apa. Sungguh bukan pilihan bijak jika kalian berhenti sampai di garis ini. Ini merupakan sebuah awal.

Shika Arimasen Michi
Koordinator Regions JBC

Foto Best Photographer Regions Journalist Blog Competition

HARU : KAPTEN SPEHAMA BERUSAHA MENENANGKAN KAWAN SE-TIMNYA YANG MENGANGIS KARENA TERHARU.


TEGANG : SUASANA ENGLISH DEBATE YANG CUKUP MENDEBARKAN DAN MENEGANGKAN

By: Ruth Kundy N. - SMPN 5 Sidoarjo

URUTAN JERIH PAYAH REGIONS JOURNALIST COMPETITION

URUTAN TIM JURNALIS:
  1. SMPN 5 SDA
  2. SMPN 2 Sidoarjo
  3. SMP Al-Falah Deltasari
  4. SMPN 3 Sidoarjo A
  5. SMPN 1 Tulangan B
  6. SMPN 6 Sidoarjo
  7. SMPN 3 Sidoarjo B
  8. SMPN 1 Tulangan A



URUTAN NILAI PENULIS
  1. SMPN 5 Sidoarjo
  2. SMPN 2 Sidoarjo
  3. SMPN 3 Sidoarjo A
  4. SMPN 3 Sidoarjo B
  5. SMP Al-Falah Deltasari
  6. SMPN 1 Tulangan B
  7. SMPN 6 Sidoarjo
  8. SMPN 1 Tulangan A


URUTAN NILAI FOTOGFAFER
  1. SMPN 5 Sidoarjo
  2. SMP AL FALAH Deltasari
  3. SMPN 6 Sidoarjo
  4. SMPN 3 Sidoarjo A
  5. SMPN 2 Sidoajo
  6. SMPN 1 Tulangan B
  7. SMPN 1 Tulangan A
  8. SMPN 3 Sidoarjo B






Naskah Best Writer Regions Journalist Blog Competition

Yatim, Bukan Sebuah Penghalang Untuk Raih Kesuksesan

            Smanisda - Seluruh rangkaian acara Regions Futsal Competition 2k11 akhirnya resmi ditutup ketika peluit panjang ditiup pada laga final antara SMPN 4 Sidoarjo kontra SMP Hang Tuah 5 Sidoarjo. Pertandingan berdurasi 30 menit tersebut sekaligus mengukuhkan SMP Hang Tuah 5 Sidoarjo sebagai juara baru setelah 3 tahun lamanya gelar tersebut dipegang oleh SMP Negeri 2 Sidoarjo. Kebahagiaan dan suka cita terus terpancar dari wajah-wajah pemain Spehama (Julukan SMP Hang tuah 5 Sidoarjo). Sujud syukur tak henti-hentinya mereka lakukan, doa-doa tiada batas mereka panjatkan. Seketika itu pula, teriakan dan ekspresi bahagia juga terlontar dari para supporter yang sedari tadi setia mendukung mereka.

            Di antara kerumunan penuh kebahagiaan tersebut, tampak sosok pemain SMP Negeri 1 Candi yang sudah tidak asing lagi. Pemain tersebut tak lain adalah Jefri Hamdani, pemain SPINDI yang gagal lolos ke semifinal setelah langkahnya dihentikan oleh SMPN 2 Jabon. Kelincahan dan kelihaiannya dalam mengendalikan bola serta gol-gol indah yang dicetaknya patut diacungi jempol. 3 gol darinya yang menjadi kunci kemenangan Spindi pada babak Octofinal sudah menjadi bukti bahwa kemampuannya dalam bermain bola sudah tidak diragukan lagi. Segudang olahraga di bidang sepakbolapun sering ia raih. Namun, siapa sangka jika bocah yang tengah duduk di kelas   9-C tersebut menyimpan segudang masa lalu yang cukup suram dibalik kemampuannya bermain bola. Masa lalu yang membuat orang terenyuh saat mendengar kisahnya.

            Jefri, begitulah biasanya ia dipanggil oleh rekan-rekan se-timnya. Dia merupakan salah satu diantara banyak korban tragedi tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004 silam. Jefri mengaku, saat itu ia terpisah dengan orangtuanya. Akhirnya, ia beserta 2 adiknya memutuskan untuk tinggal di pengungsian sampai mereka tahu keberadaan orangtuanya. Setalah beberapa lama tinggal di pengungsian, ia dikejutkan dengan informasi yang menyatakan bahwa ayahnya yang selama ini ia cari ternyata sudah meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan rumah. Saat itu, Jefri tak henti-hentinya menangis meratapi sebuah kenyataan pahit yang harus ia terima. Saat itu, ia merasa tidak punya siapa-siapa lagi, kecuali ibunya. Itupun jefri juga tidak mengetahui dimana keberadaan ibunya. Bisa dibayangkan bukan, bagaimana rasanya ditinggal oleh orang-orang yang kita sayangi. Benar-benar sebuah kenyataan yang sulit untuk diterima. Tapi inilah hidup, kadang suka kadang duka.

            Berbulan-bulan menunggu, akhirnya Allah SWT mendengarkan doa Jefri. Ibunya yang selama ini ia cari akhirnya dipertemukan dengan Jefri dan kedua adiknya. “saya nggak tahu harus ngomong apa saat itu. Yang jelas, saya belum percaya kalau itu benar-benar ibu.” Ucapnya sambil mengalihkan pandangan.  Ibunyapun mengajak Jefri untuk tinggal di Sidoarjo. Jefri menurut dan mau untuk tinggal bersama ibunya. Setelah sekian bulan tinggal di Sidoarjo, Jefri merasa ada yang aneh pada ibunya. Gelagat ibunya akhir-akhir itu membuat hati Jefri tergerak untuk menyelidiki apa yang tengah terjadi. Dan ternyata, selidik punya selidik, Jefri mengetahui sesuatu yang selama ini disimpan erat oleh ibunya. Yaitu sebuah kenyataan pahit bahwa ibu jefri sudah menikah lagi. Jefri sontak marah dan merasa tak rela jika posisi ayah kesayangannya harus digantikan oleh orang lain. Jefri akhirnya memutuskan untuk meninggalkan ibunya dan memilih untuk mengarungi kehidupannya sendiri. Tapi, saat itu jefri galau. Ia bingung harus pergi kemana, sedangkan ia juga masih ingin sekolah. Singkatnya, ia dipertemukan oleh seorang temannya yang merekomendasikan Jefri untuk tinggal di sebuah panti asuhan. Jefripun sangat gembira bukan main.  seneng banget saat itu. Akhirnya bisa sekolah lagi” ujar siswa yang memiliki tinggi badan 170 cm itu.  Sejak saat itu kehidupannya berubah, ia resmi menjadi salah satu anak asuh di Panti Asuhan “Nurul Wildan” yang terletak di kawasan Sekardangan. Namun, penderitaannya belum cukup sampai disitu. Ibu Jefri mengetahui keberadaan Jefri dan semua kondisinya saat ini. Ibunya marah bukan main. Bagaimana bisa anak kesayangannya itu tinggal di sebuah panti asuhan. Namun, setelah Jefri berusaha untuk menceritakan semuanya, akhirnya ibu Jefri luluh dan bisa mengerti kemauan Jefri. “pertamanya ibu marah, tapi lama-lama beliau bisa mengerti kemauan saya” ujarnya sambil mengalihkan pandangannya untuk kedua kalinya. Saat ditanya apa ia tidak malu menyandang predikat  ‘yatim’ , ia hanya menjawab sebuah jawaban yang simple  namun sarat makna, “ bagi saya, predikat yatim bukan penghalang untuk sukses. Buat apa malu. Hidup ini indah kok !! maka dari itu, biarkanlah semua mengalir apa adanya”

 NAMA PENULIS : DIMAS PUTRA PERMADI
ASAL SEKOLAH : SMP NEGERI 5 SIDOARJO

THE CHAMPION OF REGIONS JOURNALIST COMPETITION

Setelah delapan hari, memeras keringat demi memburu berita di Regions 2k11 (Red and White Glorious Actions of Smanisda), dengan penuh kebanggan kami mengumumkan pemenang Regions Journalist Blog Competition:

FIRST PLACE : SMPN 5 Sidoarjo

SECOND PLACE: SMPN 2 Sidoarjo


BEST WRITER: Dimas Putra Permadi (SMPN 5 Sidoarjo)
BEST PHOTOGRAPHER: Ruth Kundy Novitasari (SMPN 5 Sidoarjo)

Kepada para pemenang di atas, mendapat kehormatan untuk menghadiri Gelar Seni Smanisda pada 7 Mei 2011 di SMA Negeri 1 Sidoarjo.

Jumat, 08 April 2011

The Last 2 Days

Salam Semangat,
Adik-adik peserta Regions Journalist Blog Competition, 9-10 April 2011 jadwal wajib liput terakhir meliput Smanisda English Debate Campionship (SMASH). Besok (9/4) briefing dimulai jam 08.30. Wajib memakai seragam jurnalis. Jangan lupa membawa bekal makan siang dari rumah. Prepare yourself for the last 2 days!
Nb : Jangan lupa kabari partnermu.
Tetap SEMANGAT yaa :)

Minggu, 03 April 2011

Antusias : Jurnalis dari SMPN 1 Tulangan memperhatikan penjelasan Shika Arimasen Michi, press officer RJC